Di bawah dentuman bunga api
Di celah kesesakan kenderaan malam
Dalam kebengitan pesta tahun baru
Aku terdampar menagih satu kepastian
Tentang keimanan dan kelalaian
Tentang nikmat dan kesyukuran
Tentang haq dan kebathilan
Tentang dosa dan kesombongan insan
Dentuman memecah hening iman
Mengajak insan terus berleka
Jauhnya hari perhitungan
Kerna esok baru bermula
Tahun baru, semangat baru, serba baru
Lupa akan dosa dosa semalam
Hilang bersama kepulan kepulan bunga api
Harus kah aku berbangga
Dengan harapan dan resolusi ruapan
Dari budaya yang meracun akidah
Ku ingin lari ke gua Hira’
Bersama Muhammad dan tangisan hatinya
Merenung dan meratapi umat yang lalai
Ku ingin menangis bersama Rasulku
Mengenang umatnya yang tersimpang jauh
Dari keampunan dan kesucian nurani
Biarlah aku menangis
Dalam qiam dan sujud
Memohon sekelumit ihsan dari yang Esa
Agar hidayah kan terus mencurah
Dan keredhaan yang diimpikan
Ku ingin terus menangis
Dalam dakapan malam nan indah
Bersama zikir dan doa munajat
Menambat hati dalam rindu Ilahi
Menanti Fajar dan sinaran keimanan
Biarlah...aku ingin menangis
1 Januari 2012
Shah Alam
Selangor
1 comment:
Dr Nordin
syabas, puisi yang langsung dari hati!
ya, selalu mahu kita tangiskan apabila mengenang banyaknya yang dibazirkan saat muda, saat sihat, saat lapang, saat kita dalam keberadaan dan saat kita masih diberi nafas. saya berdoa, semoga kita sentiasa diberi arah menuju kebaikan.
Post a Comment